radio streaming

Widget By: Radio

Selasa, 26 Juni 2012

Komunikasi Interpersonal Sebagai Suatu Sistem

  1. Pengertian Komunikasi Interpersonal
Berikut ini pengertian komunikasi interpersonal menurut para ahli:
  1. Trenholm dan Jensen
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara dua orang yang berlangsung secara tatap muka.
  1. Littlejohn
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara individu-individu.
  1. M. Hardjana
Komunikasi interpersonal adalah interaksi tatap muka antar dua atau beberapa orang, di mana pengirim dapat menerima dan menanggapi secara langsung pula.
  1. Devito (dalam Onong U. Effendy)
Komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera.
  1. Arni Muhammad
Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi di antara seeorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang yang dapat langsung diketahui umpan balikannya.
f. Indriyo Gitosudarmo dan Agus Mulyono
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang berbentuk tatap muka, interaksi orang ke orang, dua arah, verbal dan non verbal, serta saling berbagi informasi dan perasaan antara individu dengan individu atau antarindividu di dalam kelompok kecil.

Jadi dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi adalah proses penyampaian dan penerimaan pesan antara pengirim pesan dengan penerima baik secara langsung maupun tidak langsung.
  1. Komunikasi Interpersonal sebagai Sistem
Dalam kehidupan sehari-hari tentunya seorang akan melakukan komunikasi secara interpersonal dengan orang lain. Komunikasi interpersonal disebut juga dengan interaksi antarpribadi yaitu komunikasi yang dilakukan dua orang atau lebih degan interaksi tatap muka ataupun bermedia dan biasanya feedbacknya langsung diketahui dan efeknya juga langsung diketahui.Tubbs dan Moss (terjemahan Deddy Mulyana,2001:2) mengatakan bahwa komunikasi interpersonal mencakup semua jenis hubungan manusia mulai dari hubungan yang paling singkat dan biasa, yang seringkali diwarnai oleh kesan pertama, hingga hubungan yang paling mendalam dan langgeng.
Geoffrey Gordon (Togar M.Simatupang:1995:6) mendefinisikan system sebagai suatu agregasi atau kumpulan objek-objek yang terangkai dalam sebuah pola interaksi dan saling ketergantungan yang teratur.Togar M. Simatupang(1995:7) menyebutukan lima unsur yang utama terdapat dalam system,yaitu:
  1. Elemen- elemen atau bagian-bagian
  2. Adanya interaksi atau hubungan antar elemen-elemen atau bagian-bagian.
  3. Adanya suatu yang mengikat elemen-elemen atau bagian-bagian tersebut menjadi suatu kesatuan.
  4. Terdapat tujuan bersama, sebagai hasil akhir.
  5. Berada dalam suatu lingkungan yang kompleks.
Di dalam system itu terdapat komponen-komponen yang saling berpengaruh yang sangat menentukan suatu efektivitas sebuah system.Ada tiga komponen system yaitu input, proses (pengolah), dan output.Input merupakan komponen penggerak, proses (pengolah) merupakan system operasi dan output menggambarkan hasil-hasil kerja system.
Komunikasi interpersonal sebagai suatu system berarti apabila dikaji secara seksama dalam sebauah proses komunikasi juga terdapat komponen input,proses dan outputnya.
  1. Input
Input adalah komponen penggerak, dalam proses komunikasi sumber aawal yang menggerakkan proses komunikasi interpersonal terjadi misalnya adalah harapan dan aturan.Tubbs dan Mosss(terjemahan Deddy Mulyana,2001:3) menegaskan bahwa harapan dan aturan menggerakkan manusia untuk berkomunikasi. Hubuangan dua orang manusia yang begitu akrabnya didalamnya ada harapan dan aturan masyarakat. Sejalan dengan perkembangan hubungan mereka, mereka juga mengembangkan sejenis miniature, suatu system social dua orang yang dilengkapi beberapa aturan dan harapan,beberapa ganjaran dan hukuman yang berlaku di antara mereka berdua. Elemen input yang juga menggerakkan proses komunikasi interpersonal adalah adanya persepsi interpersonal dan konsep diri. Proses persepsi merupakan proses menilai stimuli di samping itu manusia juga mempunyai ukuran kepatuhan dalam berperilaku yang bersumber dari konsep diri.
  1. Elemen Proses
Komponen proses berarti proses komunikasi interpersonal itu sendiri. Aturan dan harapan tersebut menggerakkan komunikator dan komunikan berinteraksi. Materi yang diinteraksikan adalah pesan. Proses komunikasi interpersonal tersebut hendak mencapai tujuan tertentu yang berbentuk komponen produk. Konsep komunikasi sebagai suatu system dapat tersaji dalam bentuk skema seperti di bawah ini.

  1. Output
Komponen output menggambarkan hasil-hasil kerja system. Produk atau hasil dari aktivitas komunikasi interpersonal bisa berupa pengetahuan atau sekedar memberi informasi, mengubah sikap, ataupun mengubah perilaku komunikan.
Togar M. Dimatupang (1995:9) menyebutkan ada dua macam system, yaitu system alamiah dan buatan.Sistem alamiah adalah system yang telah terbentuk dengan sendirinya yang dapat ditemui di alam bebas. Misalnya system ekologi, tata surya dan sebagainya.Sedangkan system buatan adalah system yang diciptakan dan dikendalikan dengan tujuan tertentu.Dengan demikian, system komunikasi interpersonal termasuk sebuah system buatan,dengan alasan sebagai berikut:
  1. Adanya system komunikasi interpersonal karena direncanakan dan diciptakan sebagai upaya untuk transaksi informasi.
  2. Dalam aktivitas komunikasi interpersonal tersebut, system komunikasi interpersonal dikendalikan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi.
  1. Aturan dan Harapan
Pola perilaku dan cara berkomunikasi dipengaruhi oleh motivasi, pengalaman, dan kepribadian setiap individu. Aturan dan harapan menjadi input yang menggerakkan individu untuk melakukan komunikasi interpersonal. Adanya harapan perlu dipandu dengan aturan, artinya harapan
tanpa ada aturan mendoronng manusia untuk serakah, melakukan berbagai hal untuk mengejar keuntungan sendiri dan mengabaikan orang lain. Apabila hanya terdapat aturan tanpa ada harapan maka hidup akan terasa kejam dan kaku.
 
Melalui proses belajar berkesinambungan setiap manusia akan menganut nilai yang diperoleh lingkungannya. Nilai-nilai itu diadopsi dan diimplementasikan dalam bentuk “kebiasaan”. Dengan demikian, pola perilaku seseorang dalam berkomunikasi dengan orang lain, akan dipengaruhi nilai-nilai, norma dan etika yang diperoleh dari lingkungan masyarakatnya. Aturan dan komunikasi tak dapat dipisahkan oleh karena aturan tidak hanya menentukan siapa bicara dengan siapa, tentang apa, dan bagaimana orang menyandi pesan, tetapi juga makna yang ia miliki untuk pesan dan kondisi-kondisinya untuk mengirim, memperhatikan dan menafsirkan pesan.
Kitti O. Locker (2004:297) mengatakan bahwa cara berkomunikasi seseorang dipengaruhi oleh norma sosial budaya yang bersumber dari national culture, organizational culture, dan personal culture.
Setiap orang hidup dalam lingkungan kebangsaan, lingkungan organisasi, maupun kehidupan pribadi. Dalam semua lingkungan itu senantiasa menginternalisasikan norma sosial budaya tertentu yang dijunjung tinggi semua warganya. Budaya bangsa ingin membentuk karakteristik pola budaya yang membedakan budaya bangsa yang satu dengan lainya.
Dalam norma tata bahasa Jawa, setiap kata memiliki tingkat kesopanan berjenjang. Misalnya kata “makan” dalam bahasa Indonesia, ketika menggunakan bahasa Jawa, banyak kata yang memilliki arti sama namun memiliki dasar kesopanan dari tingkat kasar ke halus. Beberapa kata yang memiliki makna sama dengan “makan” adalah :
nguntal”, ”mbadhog”, ”ngglagak”, ”maem”, ”mangan”, ”madhang”, ”nedha”, ”dhahar”.
Latar belakang sosial budaya yang berbeda dapat mengakibatkan masalah komunikasi verbal.
Misalnya orang Jawa dan Sunda, ungkapan “dhahar”,”sare”,”tindak” di Jawa merupakan ungkapan halus yang diperuntukkan bagi orang yang dihormati, tetapi di Sunda justru merupakan ungkapan yang biasa atau agak kasar dan diperuntukkan bagi teman akrab atau sebaya. Ketika menggunakan bahasa daerah, sifat bahasa daerah yang mengandung derajat tatakrama berkomunikasi itu mengharuskan kita untuk mencermati dan mengidentifikasi siapa orang yang berkomunikasi dengan kita agar kita tidak dianggap sebagai seorang yang tidak peduli tatakrama.
Kata makan dapat diterjemahkan dalam bahasa Jawa dan Sunda sebagai berikut:
Jawa
Sunda
Kriteria penggunaan
Madhang
Neda
Untuk diri sendiri
Dhahar
Tuang
Untuk orang yang kita hormati
Mangan
Nyatu
Untuk binatang
Maem
Emam
Untuk anak kecil


  1. Persepsi
Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi, atau menafsirkan informasi yang tertangkap oleh alat indera. Persepsi interpersonal adalah memberikan makna terhadap stimuli inderawi yang berasal dari seseorang (partner komunikasi), yang berupa pesan non verbal maupun verbal. Persepsi memiliki peran yang sangat penting karena keberhasilan komunikasi tergantung kecermatan dalam mempersepsi stimuli inderawi sehingga bisa dikatakan bahwa persepsi adalah inti komunikasi.
Sensasi adalah proses menangkap stimuli, selanjutnya agar stimuli itu memiliki makna, pikiran dan perasaan kita melakukan persepsi. Semua penafsiran (mengenai suasana lingkungan, gambar, perilaku orang lain, benda) kita memiliki basis yang sama yakni berdasarkan proses persepsi.



Contoh: a.


b.
Jika kita mengamati gambar di atas dengan indera penglihatan untuk melakukan persepsi sensasi, kemudian ditafsirkan menggunakan persepsi pikir maupun rasa maka akan terlihat garis a lebih panjang dibandingkan garis b padahal kalau di amati lagi dengan seksama maka yang sebenarnya kedua garis tersebut sama panjang, sebab garis lancip dikanan dan di kiri garis-garis tersebut telah mempengaruhi persepsi kita, membuat garis-garis tersebut seolah memiliki panjang yang berbeda.
Manusia memiliki lima (panca) indera bahkan ada yang mengatakan enam yaitu “insting, naluri, nurani”. Semua indera tersebut bekerja secara otomatis. Tanpa di perintah, artinya ketika kita berhadapan sesuatu, terjadi suatu hal maka indera kita segera bekerja mempersepsikan apa yang baru saja terjadi.
Mempersepsikan sesuatu memang tidak mudah, misalnya saja mempersepsikan seseorang, ketika acara tes wawancara penerimaan pegawai sering terjadi penilaian peserta tes dalam kesimpulan yang berbeda oleh para pewawancaranya, ada yang menominasikan A, ada yang menominasikan yang B, dan seterusnya. Persepsi kita terhadap orang lain seringkali terikat konteks, dengan demikian persepsi dapat bisa, dapat keliru.
Kadang-kadang kita dihadapkan pada fenomena di mana seseorang sengaja membuka kesempatan di persepsi oleh orang lain misalnya perempuan berusia 60 tahun menyemir rambutnya dan memasang gigi palsu untuk menutupi gigi yang sudah tanggal maka persepsi akan tergiring dengan simpulan bahwa perempuan itu berumur kurang dari 60 tahun atau lebih muda.
Persepsi menghasilkan makna. Kita tahu bahwa pesan itu terdiri symbol-simbol atau isyarat-isyarat yang sebenarnya tidak mengandung makna. Makna baru timbul, jika kita mempersepsi dan menafsirkan symbol tersebut.
Contohnya adalah saat lelaki mempersepsi seorang perempuan. Apakah makna kesembilan huruf ini bagi kita? Baiklah, mungkin Anda sepakat bahwa perempuan, itu bermakna sebagai jenis kelamin. Apakah makna sepeda perempuan, kamar mandi perempuan, bibir perempuan? Bagaimana kalau tambah satu kata di belakang kata perempuan: perempuan malam, peempuan murahan, perempuan besi. Silakan dipersepsi, bukankah Anda menemukan makna yang berbeda-beda? Kalau Anda seorang laki-laki kemudian teman Anda mengatakan bahwa Anda seperti perempuan, apa maknanya? Bagaimana respon Anda?
Suatu waktu ada truk pasir dan di belakangnya tertulis persepsi sang pemilik truk yang diungkapkan dalam bahasa jawa, “wong wedok gawe bobrok liyane simbok”. Artinya kurang lebih: perempuan pembawa kehancuran, selain ibu. Jadi ungkapan itu merupakan ekspresi kejengkelan kepada poerempuan. Tetapi tidak sedikit laki-laki yang sangat tergantung kepada perempuan, seperti tersirat dalam syair lagu jawa: “walang kekek mencok neng tenggok, mabur meneh mencok neng kali. Aja ngenyek marang wong wedok, yen ditinggal lunga setengah mati.” Maknanya adalah, sebagai peringatan kepada para lelaki, jangan menyepelekan perempuan, kalau ditinggal pergi, rasanya setengah mati. Jadi dengan contoh ini mengindikasikan, bahwa di mata para lelaki, perempuan itu memiliki makna yang berbeda-beda.
Ketika melakukan persepsi terhadap orang lain, yang kita perlukan adalah kecermatan. Harapannya adalah agar kita dapat mengerti dan memahami orang itu secara benar. Kalau persepsi kita benar, maka hal ini menjadi modal yang penting untuk keberhasilan komunikasi interpersonal.
Indera manusia menangkap stimuli (melakukan sensasi), kemudian stimuli itu dipersepsi sehingga menghasilkan makna. Kalau makna yang dihasilkan benar, maka akan mendukung keberhasilan proses komunikasi. Dengan kata lain, kendala komunikasi dapat berawal dari kekeliruan memberi makna dalam persepsi tersebut.
Dua Jenis Filter
Kemampuan kita untuk menyerap stimuli dengan inderawi terbatas, sehingga kita tidak mungkin dapat mengumpulkan seluruh informasi tentang karakteristik orang lain secara lengkap. Kita mempunyai minat yang berbeda-beda, sehingga yang memperoleh perhatian inderawi juga hanya sesuatu yang kita minati.
Stimuli yang kadang-kadang penting, tidak kita perhatikan karena kita tidak berminat. Misalnya saja kita sedang membaca koran, pada saat yang sama banyak stimuli yang menerpa seperti: anak kita sedang bertengkar, seorang tetangga sedang lewat di depan rumah, televisi menyiarkan berita. Namun perhatian kita hanya terkonsentrasi pada membaca koran. Stimuli lain diabaikan. Dengan demikian setiap orang hanya memperhatikan sebagian dari stimuli yang tersedia sekaligus mengabaikan stimuli lainnya dengan memanfaatkan filter. Ada dua jenis filter yang dilalui semua masukan atau sensasi: filter fisiologis dan filter psikologis.
Filter fisiologis menunjuk pada kondisi di mana perhatian kita hanya tertuju kepada hal-hal yang menarik indera kita, dalam menangkap objek secara fisik. Penglihatan hanya terfokus memperhatikan yang nampak indah. Pendengaran hanya akrab dengan suara yang lembut, dan sebagainya. Sedangkan filter psikologis akan membatasi perhatian kita terhadap stimuli yang berkenan dengan pertimbangan psikologis kita, misalnya kita lebih memperhatikan orang yang senasib dengan kita saja.
Gunung Es Karakter Manusia
Karakteristik manusia dapat dikatakan sebagai suatu misteri. Karena sebagian karakter itu ada yang tidak dapat ditangkap dengan indera. Seperti gunung es, yang kelihatan hanya sedikit, sedang tidak kelihatan karena berada di dalam air laut sangat banyak.
Bongkahan gunung es memiliki enam sampai tujuh kali massa di bawah permukaan air lebih banyak daripada di atas. Namun jika kita melihat pada gung es, kita tidak segera menyadari bagian yang tersembunyi. Jika kita mengubah bagian atas dengan memilah segumpal, guning es akan menyesuaikan posisinya di air, dan kemungkinannya adalah beberapa bagian lain akan muncul. Ini sama dengan perilaku dan karakteristik manusia.
Apabila kita ingin mempersepsi orang lain, maka kita akan menghadapi kenyataan bahwa kita hanya dapat melihat penampilan luarnya saja: pakaiannya, aksesoris, dan fisiknya. Kita hanya mendengar yang diucapkannya, padahal ada pepatah “lain di mulut lain di hati”. Jadi menafsirkan perilaku orang lain itu, seperti halnya kita menghadapi gunung es, bahwa hal yang kelihatan dari orang lain itu relatif lebih sedikit dibandingkan denga hal hal yang tidak kelihatan. Hal yang kelihatan tersebut antara lain: pakaian, aksesoris, dandanan, potongan rambut, bahasa, postur tubuh, apa yang diucapkan, apa yang dilakukan. Hal yang tidak kelihatan sangat banyak: harapan, norma, stratifikasi, keyakinan, motivasi, moralitas, keberhasilan, kepuasan, dan sebagainya.
Mempersepsi karakteristik seseorang akan berhadapan dengan aspek fisik dan mental, lahiriah dan batiniah, jasmani dan rohani, sesuatu yang kelihatan dan tidak kelihatan. Oleh karena itu mempersepsi orang jauh lebih sulit daripada mempersepsi objek (benda).