- Pengertian Komunikasi Interpersonal
Berikut ini
pengertian komunikasi interpersonal menurut para ahli:
- Trenholm dan Jensen
Komunikasi
interpersonal adalah komunikasi antara dua orang yang berlangsung
secara tatap muka.
- Littlejohn
Komunikasi
interpersonal adalah komunikasi antara individu-individu.
- M. Hardjana
Komunikasi
interpersonal adalah interaksi tatap muka antar dua atau beberapa
orang, di mana pengirim dapat menerima dan menanggapi secara langsung
pula.
- Devito (dalam Onong U. Effendy)
Komunikasi
interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan
pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai
dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera.
- Arni Muhammad
Komunikasi
interpersonal adalah proses pertukaran informasi di antara seeorang
dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua
orang yang dapat langsung diketahui umpan balikannya.
f. Indriyo
Gitosudarmo dan Agus Mulyono
Komunikasi
interpersonal adalah komunikasi yang berbentuk tatap muka, interaksi
orang ke orang, dua arah, verbal dan non verbal, serta saling berbagi
informasi dan perasaan antara individu dengan individu atau
antarindividu di dalam kelompok kecil.
Jadi
dapat
disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal atau komunikasi
antarpribadi adalah
proses
penyampaian dan penerimaan pesan antara pengirim pesan dengan
penerima baik secara langsung maupun tidak langsung.
- Komunikasi Interpersonal sebagai Sistem
Dalam kehidupan
sehari-hari tentunya seorang akan melakukan komunikasi secara
interpersonal dengan orang lain. Komunikasi interpersonal disebut
juga dengan interaksi antarpribadi yaitu komunikasi yang dilakukan
dua orang atau lebih degan interaksi tatap muka ataupun bermedia dan
biasanya feedbacknya langsung diketahui dan efeknya juga langsung
diketahui.Tubbs dan Moss (terjemahan Deddy Mulyana,2001:2) mengatakan
bahwa komunikasi interpersonal mencakup semua jenis hubungan manusia
mulai dari hubungan yang paling singkat dan biasa, yang seringkali
diwarnai oleh kesan pertama, hingga hubungan yang paling mendalam dan
langgeng.
Geoffrey Gordon
(Togar M.Simatupang:1995:6) mendefinisikan system sebagai suatu
agregasi atau kumpulan objek-objek yang terangkai dalam sebuah pola
interaksi dan saling ketergantungan yang teratur.Togar M.
Simatupang(1995:7) menyebutukan lima unsur yang utama terdapat dalam
system,yaitu:
- Elemen- elemen atau bagian-bagian
- Adanya interaksi atau hubungan antar elemen-elemen atau bagian-bagian.
- Adanya suatu yang mengikat elemen-elemen atau bagian-bagian tersebut menjadi suatu kesatuan.
- Terdapat tujuan bersama, sebagai hasil akhir.
- Berada dalam suatu lingkungan yang kompleks.
Di dalam system itu
terdapat komponen-komponen yang saling berpengaruh yang sangat
menentukan suatu efektivitas sebuah system.Ada tiga komponen system
yaitu input, proses (pengolah), dan output.Input merupakan komponen
penggerak, proses (pengolah) merupakan system operasi dan output
menggambarkan hasil-hasil kerja system.
Komunikasi
interpersonal sebagai suatu system berarti apabila dikaji secara
seksama dalam sebauah proses komunikasi juga terdapat komponen
input,proses dan outputnya.
- Input
Input adalah
komponen penggerak, dalam proses komunikasi sumber aawal yang
menggerakkan proses komunikasi interpersonal terjadi misalnya adalah
harapan dan aturan.Tubbs dan Mosss(terjemahan Deddy Mulyana,2001:3)
menegaskan bahwa harapan dan aturan menggerakkan manusia untuk
berkomunikasi. Hubuangan dua orang manusia yang begitu akrabnya
didalamnya ada harapan dan aturan masyarakat. Sejalan dengan
perkembangan hubungan mereka, mereka juga mengembangkan sejenis
miniature, suatu system social dua orang yang dilengkapi beberapa
aturan dan harapan,beberapa ganjaran dan hukuman yang berlaku di
antara mereka berdua. Elemen input yang juga menggerakkan proses
komunikasi interpersonal adalah adanya persepsi interpersonal dan
konsep diri. Proses persepsi merupakan proses menilai stimuli di
samping itu manusia juga mempunyai ukuran kepatuhan dalam berperilaku
yang bersumber dari konsep diri.
- Elemen Proses
Komponen proses
berarti proses komunikasi interpersonal itu sendiri. Aturan dan
harapan tersebut menggerakkan komunikator dan komunikan berinteraksi.
Materi yang diinteraksikan adalah pesan. Proses komunikasi
interpersonal tersebut hendak mencapai tujuan tertentu yang
berbentuk komponen produk. Konsep komunikasi sebagai suatu system
dapat tersaji dalam bentuk skema seperti di bawah ini.
- Output
Komponen output
menggambarkan hasil-hasil kerja system. Produk atau hasil dari
aktivitas komunikasi interpersonal bisa berupa pengetahuan atau
sekedar memberi informasi, mengubah sikap, ataupun mengubah perilaku
komunikan.
Togar M. Dimatupang
(1995:9) menyebutkan ada dua macam system, yaitu system alamiah dan
buatan.Sistem alamiah adalah system yang telah terbentuk dengan
sendirinya yang dapat ditemui di alam bebas. Misalnya system ekologi,
tata surya dan sebagainya.Sedangkan system buatan adalah system yang
diciptakan dan dikendalikan dengan tujuan tertentu.Dengan demikian,
system komunikasi interpersonal termasuk sebuah system buatan,dengan
alasan sebagai berikut:
- Adanya system komunikasi interpersonal karena direncanakan dan diciptakan sebagai upaya untuk transaksi informasi.
- Dalam aktivitas komunikasi interpersonal tersebut, system komunikasi interpersonal dikendalikan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi.
- Aturan dan Harapan
Pola perilaku dan
cara berkomunikasi dipengaruhi oleh motivasi, pengalaman, dan
kepribadian setiap individu. Aturan dan harapan menjadi input yang
menggerakkan individu untuk melakukan komunikasi interpersonal.
Adanya harapan perlu dipandu dengan aturan, artinya harapan
tanpa ada aturan
mendoronng manusia untuk serakah, melakukan berbagai hal untuk
mengejar keuntungan sendiri dan mengabaikan orang lain. Apabila hanya
terdapat aturan tanpa ada harapan maka hidup akan terasa kejam dan
kaku.
Melalui proses
belajar berkesinambungan setiap manusia akan menganut nilai yang
diperoleh lingkungannya. Nilai-nilai itu diadopsi dan
diimplementasikan dalam bentuk “kebiasaan”. Dengan demikian, pola
perilaku seseorang dalam berkomunikasi dengan orang lain, akan
dipengaruhi nilai-nilai, norma dan etika yang diperoleh dari
lingkungan masyarakatnya. Aturan dan komunikasi tak dapat dipisahkan
oleh karena aturan tidak hanya menentukan siapa bicara dengan siapa,
tentang apa, dan bagaimana orang menyandi pesan, tetapi juga makna
yang ia miliki untuk pesan dan kondisi-kondisinya untuk mengirim,
memperhatikan dan menafsirkan pesan.
Kitti O. Locker
(2004:297) mengatakan bahwa cara berkomunikasi seseorang dipengaruhi
oleh norma sosial budaya yang bersumber dari national
culture, organizational culture, dan personal culture.
Setiap orang hidup
dalam lingkungan kebangsaan, lingkungan organisasi, maupun kehidupan
pribadi. Dalam semua lingkungan itu senantiasa menginternalisasikan
norma sosial budaya tertentu yang dijunjung tinggi semua warganya.
Budaya bangsa ingin membentuk karakteristik pola budaya yang
membedakan budaya bangsa yang satu dengan lainya.
Dalam norma tata
bahasa Jawa, setiap kata memiliki tingkat kesopanan berjenjang.
Misalnya kata “makan” dalam bahasa Indonesia, ketika menggunakan
bahasa Jawa, banyak kata yang memilliki arti sama namun memiliki
dasar kesopanan dari tingkat kasar ke halus. Beberapa kata yang
memiliki makna sama dengan “makan” adalah :
“nguntal”,
”mbadhog”, ”ngglagak”, ”maem”, ”mangan”, ”madhang”,
”nedha”, ”dhahar”.
Latar belakang
sosial budaya yang berbeda dapat mengakibatkan masalah komunikasi
verbal.
Misalnya orang Jawa
dan Sunda, ungkapan “dhahar”,”sare”,”tindak” di Jawa
merupakan ungkapan halus yang diperuntukkan bagi orang yang
dihormati, tetapi di Sunda justru merupakan ungkapan yang biasa atau
agak kasar dan diperuntukkan bagi teman akrab atau sebaya. Ketika
menggunakan bahasa daerah, sifat bahasa daerah yang mengandung
derajat tatakrama berkomunikasi itu mengharuskan kita untuk
mencermati dan mengidentifikasi siapa orang yang berkomunikasi dengan
kita agar kita tidak dianggap sebagai seorang yang tidak peduli
tatakrama.
Kata makan dapat
diterjemahkan dalam bahasa Jawa dan Sunda sebagai berikut:
Jawa
|
Sunda
|
Kriteria
penggunaan
|
Madhang
|
Neda
|
Untuk
diri sendiri
|
Dhahar
|
Tuang
|
Untuk
orang yang kita hormati
|
Mangan
|
Nyatu
|
Untuk
binatang
|
Maem
|
Emam
|
Untuk
anak kecil
|
- Persepsi
Persepsi adalah
memberikan makna pada stimuli inderawi, atau menafsirkan informasi
yang tertangkap oleh alat indera. Persepsi interpersonal adalah
memberikan makna terhadap stimuli inderawi yang berasal dari
seseorang (partner komunikasi), yang berupa pesan non verbal maupun
verbal. Persepsi memiliki peran yang sangat penting karena
keberhasilan komunikasi tergantung kecermatan dalam mempersepsi
stimuli inderawi sehingga bisa dikatakan bahwa persepsi adalah inti
komunikasi.
Sensasi adalah
proses menangkap stimuli, selanjutnya agar stimuli itu memiliki
makna, pikiran dan perasaan kita melakukan persepsi. Semua penafsiran
(mengenai suasana lingkungan, gambar, perilaku orang lain, benda)
kita memiliki basis yang sama yakni berdasarkan proses persepsi.
Contoh: a.
b.
Jika kita mengamati
gambar di atas dengan indera penglihatan untuk melakukan persepsi
sensasi, kemudian ditafsirkan menggunakan persepsi pikir maupun rasa
maka akan terlihat garis a lebih panjang dibandingkan garis b padahal
kalau di amati lagi dengan seksama maka yang sebenarnya kedua garis
tersebut sama panjang, sebab garis lancip dikanan dan di kiri
garis-garis tersebut telah mempengaruhi persepsi kita, membuat
garis-garis tersebut seolah memiliki panjang yang berbeda.
Manusia memiliki
lima (panca) indera bahkan ada yang mengatakan enam yaitu “insting,
naluri, nurani”. Semua indera tersebut bekerja secara otomatis.
Tanpa di perintah, artinya ketika kita berhadapan sesuatu, terjadi
suatu hal maka indera kita segera bekerja mempersepsikan apa yang
baru saja terjadi.
Mempersepsikan
sesuatu memang tidak mudah, misalnya saja mempersepsikan seseorang,
ketika acara tes wawancara penerimaan pegawai sering terjadi
penilaian peserta tes dalam kesimpulan yang berbeda oleh para
pewawancaranya, ada yang menominasikan A, ada yang menominasikan yang
B, dan seterusnya. Persepsi kita terhadap orang lain seringkali
terikat konteks, dengan demikian persepsi dapat bisa, dapat keliru.
Kadang-kadang kita
dihadapkan pada fenomena di mana seseorang sengaja membuka kesempatan
di persepsi oleh orang lain misalnya perempuan berusia 60 tahun
menyemir rambutnya dan memasang gigi palsu untuk menutupi gigi yang
sudah tanggal maka persepsi akan tergiring dengan simpulan bahwa
perempuan itu berumur kurang dari 60 tahun atau lebih muda.
Persepsi
menghasilkan makna. Kita tahu bahwa pesan itu terdiri symbol-simbol
atau isyarat-isyarat yang sebenarnya tidak mengandung makna. Makna
baru timbul, jika kita mempersepsi dan menafsirkan symbol tersebut.
Contohnya adalah
saat lelaki mempersepsi seorang perempuan. Apakah
makna kesembilan huruf ini bagi kita? Baiklah, mungkin Anda sepakat
bahwa perempuan, itu bermakna sebagai jenis kelamin. Apakah makna
sepeda perempuan, kamar mandi perempuan, bibir perempuan? Bagaimana
kalau tambah satu kata di belakang kata perempuan: perempuan malam,
peempuan murahan, perempuan besi. Silakan dipersepsi, bukankah Anda
menemukan makna yang berbeda-beda? Kalau Anda seorang laki-laki
kemudian teman Anda mengatakan bahwa Anda seperti perempuan, apa
maknanya? Bagaimana respon Anda?
Suatu waktu ada truk
pasir dan di belakangnya tertulis persepsi sang pemilik truk yang
diungkapkan dalam bahasa jawa, “wong wedok gawe bobrok liyane
simbok”. Artinya kurang lebih: perempuan pembawa kehancuran, selain
ibu. Jadi ungkapan itu merupakan ekspresi kejengkelan kepada
poerempuan. Tetapi tidak sedikit laki-laki yang sangat tergantung
kepada perempuan, seperti tersirat dalam syair lagu jawa: “walang
kekek mencok neng tenggok, mabur meneh mencok neng kali. Aja ngenyek
marang wong wedok, yen ditinggal lunga setengah mati.” Maknanya
adalah, sebagai peringatan kepada para lelaki, jangan menyepelekan
perempuan, kalau ditinggal pergi, rasanya setengah mati. Jadi dengan
contoh ini mengindikasikan, bahwa di mata para lelaki, perempuan itu
memiliki makna yang berbeda-beda.
Ketika melakukan
persepsi terhadap orang lain, yang kita perlukan adalah kecermatan.
Harapannya adalah agar kita dapat mengerti dan memahami orang itu
secara benar. Kalau persepsi kita benar, maka hal ini menjadi modal
yang penting untuk keberhasilan komunikasi interpersonal.
Indera manusia
menangkap stimuli (melakukan sensasi), kemudian stimuli itu
dipersepsi sehingga menghasilkan makna. Kalau makna yang dihasilkan
benar, maka akan mendukung keberhasilan proses komunikasi. Dengan
kata lain, kendala komunikasi dapat berawal dari kekeliruan memberi
makna dalam persepsi tersebut.
Dua Jenis Filter
Kemampuan kita untuk
menyerap stimuli dengan inderawi terbatas, sehingga kita tidak
mungkin dapat mengumpulkan seluruh informasi tentang karakteristik
orang lain secara lengkap. Kita mempunyai minat yang berbeda-beda,
sehingga yang memperoleh perhatian inderawi juga hanya sesuatu yang
kita minati.
Stimuli yang
kadang-kadang penting, tidak kita perhatikan karena kita tidak
berminat. Misalnya saja kita sedang membaca koran, pada saat yang
sama banyak stimuli yang menerpa seperti: anak kita sedang
bertengkar, seorang tetangga sedang lewat di depan rumah, televisi
menyiarkan berita. Namun perhatian kita hanya terkonsentrasi pada
membaca koran. Stimuli lain diabaikan. Dengan demikian setiap orang
hanya memperhatikan sebagian dari stimuli yang tersedia sekaligus
mengabaikan stimuli lainnya dengan memanfaatkan filter. Ada dua jenis
filter yang dilalui semua masukan atau sensasi: filter fisiologis dan
filter psikologis.
Filter fisiologis
menunjuk pada kondisi di mana perhatian kita hanya tertuju kepada
hal-hal yang menarik indera kita, dalam menangkap objek secara fisik.
Penglihatan hanya terfokus memperhatikan yang nampak indah.
Pendengaran hanya akrab dengan suara yang lembut, dan sebagainya.
Sedangkan filter psikologis akan membatasi perhatian kita terhadap
stimuli yang berkenan dengan pertimbangan psikologis kita, misalnya
kita lebih memperhatikan orang yang senasib dengan kita saja.
Gunung Es
Karakter Manusia
Karakteristik
manusia dapat dikatakan sebagai suatu misteri. Karena sebagian
karakter itu ada yang tidak dapat ditangkap dengan indera. Seperti
gunung es, yang kelihatan hanya sedikit, sedang tidak kelihatan
karena berada di dalam air laut sangat banyak.
Bongkahan gunung es
memiliki enam sampai tujuh kali massa di bawah permukaan air lebih
banyak daripada di atas. Namun jika kita melihat pada gung es, kita
tidak segera menyadari bagian yang tersembunyi. Jika kita mengubah
bagian atas dengan memilah segumpal, guning es akan menyesuaikan
posisinya di air, dan kemungkinannya adalah beberapa bagian lain akan
muncul. Ini sama dengan perilaku dan karakteristik manusia.
Apabila kita ingin
mempersepsi orang lain, maka kita akan menghadapi kenyataan bahwa
kita hanya dapat melihat penampilan luarnya saja: pakaiannya,
aksesoris, dan fisiknya. Kita hanya mendengar yang diucapkannya,
padahal ada pepatah “lain di mulut lain di hati”. Jadi
menafsirkan perilaku orang lain itu, seperti halnya kita menghadapi
gunung es, bahwa hal yang kelihatan dari orang lain itu relatif lebih
sedikit dibandingkan denga hal hal yang tidak kelihatan. Hal yang
kelihatan tersebut antara lain: pakaian, aksesoris, dandanan,
potongan rambut, bahasa, postur tubuh, apa yang diucapkan, apa yang
dilakukan. Hal yang tidak kelihatan sangat banyak: harapan, norma,
stratifikasi, keyakinan, motivasi, moralitas, keberhasilan, kepuasan,
dan sebagainya.
Mempersepsi
karakteristik seseorang akan berhadapan dengan aspek fisik dan
mental, lahiriah dan batiniah, jasmani dan rohani, sesuatu yang
kelihatan dan tidak kelihatan. Oleh karena itu mempersepsi orang jauh
lebih sulit daripada mempersepsi objek (benda).